Selasa, April 06, 2010

Banyak Jalan Menuju Roma

Pilkada yang akan dilaksanakan tahun 2010 di kota dan kabupaten se Jawa Tengah menarik untuk diamati. Salah satunya adalah pengusungan partai politik terhadap calon kepala daerah. Sebagaimana diketahui bahwa selain calon independen, juga terdapat calon yang berasal dari parpol.
    Persoalan calon independen menarik untuk kita simak.Mereka dengan sekuat tenaga membentuk tim sukses, mencari dukungan, menyusun strategi 'tempur', bahkan  bisa kampnye dilapangan pun akan mereka lakukan sendiri.
    Demikian beratnya berbagai tantangan dilalui oleh calon independen menjadikan peluang itu tak banyak yang menggunakannya, kecuali bagi mereka yang benar-benar bermental petarung dan selalu optimis dalam segala tindakannya.
    Karena itu para bakal calon kepala daerah lebih ingin diusung oleh partai politik, tentu saja dengan konsekuensi mereka akan lebih banyak mengeluarkan kocek untuk mendapatkan tiket dari parpol yang bersangkutan. Alasan lain tentu saja calon pendukung dianggap semakin jelas, setidaknya adalah dari para konstituen parpol. Belumlagi pendukung dari luar parpol pengusung. Sehingga dari sini bisa diprediksi berapa kekuatan yang akan bisa diperolehnya.
    Melalui parpol juga akan memperingan proses kampanye. Sebab dari sana kader partai kan turun ke jalan untuk menjaring massa. Mesin kemenangan akan terus bergerak meluas.
    Melihat kenyataan tersebut, suara dari partai politik diprediksikan lebih tinggi daripada ketika ia maju dari jalur independen. Karena dari parpol anggotanya jelas dan sukungan yang diberikan pun biasanya penuh.
    Hanya saja hal inijuga masih tergantung dari kinerja tim sukses dan popularitas calon. Calon independen tidak serta merta pesimistis jika lawan yang ada di depannya tidak sepopular dirinya. Bagi yang belum popular tidak perlu berkecil hati, karena popular itu pun tidak perlu dibangun bertahun-tahun sebelumnya. Istilahnya, dalam hitungan menit popularitas itu bisa dibangun. Ia bisa diburu dari sebuah kreativitas dan improvisasai pemainnya. Dan tentunya akan lebih mudah ia didapatkan, yaitu dengan membeli. Sepanjang koceknya tebal bakal calon walikota tak akan kesulitan membangun popularitas.
    Mekaninsmenya, parpol-parpol membuka pendaftaran calon pemimpin daerah. Berbagai persyaratan disebutkan agar calon kepala daerah dapat melengkapai apa saja yang dibutuhkan. Kemudian parpol akan memverifikasi  berkas, meninjau, dan akhirnya mengusung sebuah nama untuk didukung. Semuanya berproses, sebab banyak pertimbangan sebelum memutuskan memilih nama calon.
    Pemahaman selama ini, calon kepala daerah yang diusung adalah kader atau anggota yang sudah lama berada dalam partai politik, bukan calon dari luar yang meminta dipinang oleh partai. Namun yang terjadi parpol dengan terbuka menerima pendaftaran calon kepala daerah yang ingin didukung. Tentu saja dengan syarat-syarat tertentu.
    Sosok yang kharisma tidak cukup untuk membuat parpol melirik calon yang mendaftar. Selain kepribadian yang baik, tentu saja visi misi yang diusung sejalan dengan partai.
    Ketika calon dari luar meminta untuk didukung, banyak konsekuensi yang harus ditanggung. Terdapat kesepakatan yang akan disetujui bersama mengenai kelanjutan pengusungan. Yang menjadi pemandangan yang lumrah adalah proses mendapatkan tiket dari parpol. Sudah bukanrahsia lagi bahwa nilai rupiah sangat dominan, lebih-lebih jika pendaftarnya bukan berasal dari keluarga besar partai.
    Alasannya sederhana ketika rupiah dilibatkan dalam mengatasi kebuntuan itu, yatu bahwa partai membutuhkan dana besar untuk biaya operasionla partai baik yang terkait dengan pemilukada atau tidak. Nilainya tentu saja miliaran rupiah.
    Cara semacam ini sebenarnya sudah m embuka kran kebobrokan semakin lebar. Pembelian tiket sebenarnya tidak bis akita toleransi di era membangun demokrasi secara sehat. Perjalanan demokrasi yang tertatih-tatih in masih saja dicoreng pleh praktik jual beli tiket dalam proses pemilihan pimpinan.
    Logikanya, figur yang terpilih tidak akan begitu saja merelakan modal yang sudah dikeluarkannya, kecuali orientasi mereka murbi untuk membangun daerahnya. Mereka di hari kemudian akan mengotak-atok besaran modal, lalu bagaiman cara mengembalikannya, sekaligus untuk mendapatkan untug dari jabatan yang pernah direbutkan itu.
    Dari sini peluang untuk mengegah-eguhkan sumber dana dilakukan. Tak sedikit para pemimpin yang terjerumus korupsi, suap,dan nepotisme.
    Selain berpeluang korupsi diperkirakan juga kan muncul politik bals budi. Kepala daerah aikan mempermudah urusan apa yang diminta parpol. Objektivitas taka kan bisa terjamin lagi. Urusan dan keinginan parpol pengusunglah yang menjadi prioritas. Lagi-lagi dalam hal ini rakyat yang dirugikan.
    Yang jelas banyak jalan menuju roma. Waktu bukan menjadi ukuran mereka untuk bersosialisasi. Banyak cara instan umtuk mendapatkan tiket sebagai calon kepala daerah.

kontroversi penggabungan UN dan SNMPTN Belum Tepat Sasaran

Sejak akhir Ujian Nasional tahun lalu, muncul usulan agar ujian nasional digabung dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan itikad baik pemerintah agar beban siswa yang lulus tidak bertambah. Sebab, soal ujian nasional dan soal seleksi masuk perguruan tinggi berbeda. Soal ujian nasional berdasarkan apa yang dipelajari di sekolah, sedangkan soal ujian masuk perguruan tinggi didesain dengan pengerjaan penuh trik bahkan seringkali tidak dipelajari di bangku sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan agar siswa tidak hanya mengejar lulus sekolah, namun juga lolos perguruan tinggi. Banyak yang mengeluh soal tes masuk perguruan tinggi tidak sesuai di bangku sekolah.
Saat ini yang patut diperhatikan adalah tidak semua lulusan sekolah menengah akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Ada siswa yang sudah punya rencana setelah lulus bekerja atau rencana lain selain kuliah. Jika kuliah, tidak semua siswa melanjutkan di perguruan tinggi negeri.
Kebijakan untuk menggabungkan UN dan SNMPTN sebaiknya perlu ditinjau ulang, mengingat beberapa alasan tersebut. Jika digabung, maka mau tidak mau siswa ada keharusan masuk perguruan tinggi. Kemudian beban siswa akan semakin bertambah jika mereka tidak lulus. Itu berarti impian mereka untuk melanjutkan pendidikan pupus, sebab tahun depan masih mengulang dengan jumlah pesaing yang tidak sedikit. Nilai yang harus didapat pun harus tinggi, karena tiap perguruan tinggi punya pass in grade yang berbeda. Hal ini semakin menjadi beban siswa untuk mencapai target lulus dan lolos. Padahal, seringkali dijumpai siswa mendapat nilai ujian nasional beda tipis dengan standar kelulusan yang ditetapkan. Sementara di perguruan tinggi sendiri untuk kriteria calon mahasiswa syarat-syarat yang diperlukan bukan hanya dari nilai ujian nasional, misalnya kesehatan, fisik, IQ, dan lain sebagainya.
Lalu jika penggabungan benar terjadi, akan ada regulasi baru untuk lulusan sekolah menengah yang melanjutkan ke perguruan tinggi setahun atau dua tahun berikutnya. Dan mungkin akan ada pnghapusan jalur PMDK. Serta ada pula regulasi khusus untuk lulusan kejar paket C. Hal ini justru menjadikan akses mendapat kesempatan pendidikan yang sama semakin dibeda-bedakan.
Pemerintah perlu meninjau ulang dan memperhatikan semua lulusan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan paket C. Jangan semakin mempersempit pilihan untuk melanjutkan pendidikan dengan peraturan baru yang kurang tepat sasaran.

Rabu, Januari 06, 2010

Tingkatkan Dunia Industri Kreatif

Adanya krisis global pelan-pelan berdampak pada setiap sektor perekonomian. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang juga merupakan sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terutama dirasakan oleh rakyat kecil.


Di Indonesia jumlah wirausaha hanya 0,18%, idealnya dibutuhkan 2% wirausaha untuk menggerakkan perekonomian di suatu negara. Wirausaha juga sebagai penopang ekonomi bangsa.

Menciptakan ikim untuk berusaha membuat orang mengoptimalkan kerja otak. Karena butuh kreativitas untuk mengatasi permasalahan hidup dan memanfaatkan peluang yang ada.

Industri kreatif tidak ada matinya. Sebab pada dasarnya manusia suka hal-hal yang berbau keindahan. Dengan adanya industri kreatif berarti telah menciptakan inovasi yang tepat guna, bermanfaat, dan tentu saja mampu menghidupi kebutuhan masyarakat.

Namun demikian, tidak hanya berinovasi, tetapi juga membangun jaringan, mengelompokkan bidang industri-industri kreatif tersebut. Disinilah peran pemerintah untuk membina, mengalokasikan, dan ikut serta memasarkan pada pihak yang tepat. Selain itu pendidikan kewirausahaan juga harus dimasukkan dalam kurikulum sejak di bangku sekolah.

Berlaku Seperti Guru

Arti pahlawan tidak sama dengan pemimpin. Karena sesungguhnya tiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Sedangkan pahlawan adalah orang yang dengan segenap kemampuannya berbuat banyak untuk orang lain di lingkungan sekitarnya. Lebih jauh lagi, pahlawan mampu menggerakkan orang-orang disekitarnya untuk berbuat jauh lebih baik. Sehingga perubahan terjadi ke arah yang semestinya.


Penganugerahan nama pahlawan selain karena jasa-jasa yang diberikan selama hidup, juga imbasnya dalam perilaku dan pemikiran masyarakat. Seseorang dicitrakan positif adalah berdasar informasi yang ada di sekelilingnya. Tentu saja hal tersebut dapat dilihat dari tindak nyata yang telah dilakukan.

Banyaknya pahlawan di Indonesia adalah berdasar apa yang telah diperbuat dalam hidupnya. Apa sumbangannya bagi negara.Gelar pahlawan tidak hanya disematkan untuk dihafalkan, tetapi adalah tentang bagaiamana jasanya dikenang dan perjuangannya tetap diwujudkan dalam keseharian oleh bangsa.

Penganugerahan gelar pahlawan selalu identik dengan usaha fisik yang dilakukan seseorang dan tentu saja yang menarik simpati penguasa. Lihatlah jasa pahlawan yang ada di Indonesia, dianugerahkan kebanyakan karena jasa fisiknya, tetapi melalui jasa pikiran tidak lebih banyak.

Kejahatan Soeharto terbayar oleh kebijakannya dulu semasa menjadi pemimpin oleh hal-hal yang tampak nyata oleh rakyat yaitu kesejahteraan rakyat. Mungkin oleh penguasa saat ini masih ada hal yang kurang pada jasa Bung Tomo untuk disebut sebagai pahlawan. Padahal Bung Tomo juga seperti pahlwan revolusioner yang lain, yang dengan gagah berani menghadapi penjajah di tanah air.

Sebenarnya apa kriteria menjadi pahlawan, apakah harus selalu dibawah tangan sang penguasa negri seseorang dianugerahi gelar pahlawan. Untuk hal demikian, rakyat yang harus bersuara. Karena seseorang yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik di dalam suatu tempat dapat disebut pahlawan. Baik melalui pemikuran maupun tindakan yang selalu menginspirasi rakyat untuk tetap berbuat baik.

Tidak menjadi soal ketika ada beberapa orang yang belum diakui sebagai pahlawan. Yang penting adalah anggapan rakyat mengenai seseorang layak disebut pahlawan atau tidak. Jadi sosok pahlawan sendiri melekat pada rakyat, bukan sekedar didengung-dengungkan oleh Presiden. Bersikap seperti guru, yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tidak mengharap namanya dicantumkan dalam daftar nama pahlawan, tetapi jasa-jasanya selalu diteruskan oleh anak bangsa.

Lalu bagaimana dengan Gus Dur?

Kejahatan Teknologi Pendidikan

Pendidikan yang berarti adalah suatu proses yang bereksinambungan, dari lahir sampai mati. Ketika pendidikan mulai berbelok ke arah yang tidak benar, yang terkena dampaknya adalah semua yang terlibat di dalamnya.Walaupun yang melakukan hanya segelintir orang yang kadang tidak bertanggung jawab.


Hal tersebut menunujukkan bahwa pendidikan rentan terhadap penipuan. Penipuan itu berarti pembodohan pada diri sendiri dan berujung pada ketidakpercayaan.

Hal tersebut memperlihatkan pula bahwa pendidikan kita masih lemah, belum maju. Terbukti masih saja ada saja celah yang dapat dimasuki oleh orang-orang yang licik.

Makna pendidikan sebenarnya ada dalam proses dan bukan hasil akhir. Dimana dalam proses diharapkan kualitas menjadi lebih baik. Jika fenomena ”aspal” (asli tapi palsu) masih saja terus terjadi yang perlu dikhawatirkan adalah kualitas dari kaum terdidiknya.

Sebagaimana terdapat ungkapan yang mengatakan bahwa guru berarti digugu dan ditiru (dianut dan ditiru). Jika ada kejadian aspal, maka pertanyaan yang muncul pertama kali adalah ”Siapa gurunya?”. Padahal guru tidak mengajarkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi murid asuhannya. Pada murid asuhannya lah pengetahuan menjadi dikembangkan, apakah menjadi baik ataupun buruk.

Sebenarnya apa yang diinginkan dari aspal tersebut? Tenar? Perlu disadari bahwa pendidikan itu penting, tapi jauh lebih penting adalah aplikasi dalam kehidupan dari pendidikan yang telah dienyam. Bagaimana dengan pengetahuan, sesuatu menjadi lebih berguna ke arah yang lebih positif dan mengurangi hal-hal yang dinilai negatif.

Kemajuan teknologi tidak seharusya dijadikan ajang kejahatan, apalagi dalam kejahatan memalsukan nilai. Kualitas seseorang tidak hanya dinilai dari besar kecilnya nilai yang diraih, tapi berdasarkan kualitas yang diantaranya terdapat dalam skill dan potensi.

Hal ini menjadi masukan penting bagi institusi agar lebih tanggap terhadap kejahatan teknologi. Misalnya dapat dimulai dengan suatu langkah perubahan memperketat sistem agar tidak kebobolan, disamping menggunakan nilai sebagai syarat utama.

Dan yang tak kalah penting adalah jauhkan dari uang pelicin. Segepok uang pelicin tidak menjamin kualitas. Ijazah ataupun hal yang mendukung dalam bentuk hitam diatas putih tidak bisa hanya dinilai dengan nominal uang. Bagi yang tidak mampu / memenuhi standar memang sebaiknya tahu diri. Karena keinginan tanpa kemampuan yang memadai tidak efektif.

Kontroversi Penggabungan S1 dan S2

Pernyataan rektor UI tentang penggabungan S1 dan S2 patut mendapat apresiasi dari lingkungan akademik. Dengan demikian masa studi tidak perlu terlalu lama dan tidak banyak menghabiskan biaya.

Namun yang menjadi permasalahan, sudah siapkah sumber daya manusia (SDM) di Negara kita? apakah dengan adanya penggabungan S1 dan S2 sudah menjamin kualitas sarjana-sarjaan yang dihasilkan? Atau bisa saja jikapenggabungan benar-benar terjadi, hanya mengejar kuantitas lulusan S2. Dengan harapan bahwa lulusan S2 banyak, berarti calon ilmuwan dan peneliti tidak kurang.

Bukan tentang gelar atau jumlah yang dikejar, tapi kualitaslah seharusnya yang harus ditingkatkan. Setiap birokrasi, akademisi, mahasiswa, dan praktisi punya kemauan untuk maju dan mengembangkan ilmunya. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk menggerakkan penelitian, pemberian apresiasi yang besar untuk mahasiswa yang mau mengembangkan ilmunya atau menginspirasi lingkungan sekitarnya. Sehingga menuju jenjang S2 pun punya persiapan yang mantap.

Perbaikan yang diterapkan pada jenjang menengah. Setiap tahun banyak lulusan SMA yang tak terserap di perguruan tinggi karena terkendala biaya. Seharusnya hal-hal tersebut diatasi dengan cepat dan tak perlu berulang-ulang tiap tahun muncul. Pendidikan boleh murah asal kualitas bukan murahan.

Hal tersebut juga berlau untuk S1 ke S2. Biaya menjadi faktor penyebab sedikitnya jumlah mahasiswa S2 dibanding S1. Jika penggabungan S1 dan S2dilaksanakan, pemberian beasiswa yang harus digencarkan namun kualitas juga ditingkatkan.

Tetapi hal itu kembali lagi pada diri sendiri untuk mau memperdalam dan membangun ilmu yang sudah didapat.

Selasa, Desember 29, 2009

Menuju Pilkada yang Lebih Baik

Tahun 2010 merupakan pemilihan kepala daerah pertama yang dilakukan waga Semarang secara langsung. Karena pertama, maka akan terasa asing oleh masyarakat yang sebelumnya tidak tahu. Aoalagi masyarakat yang memang apatis untuk tidak memilih.
Beberapa calon mulai menunjukkan keberadaannya di Semarang melalui media-media yang dapat dilihat. Diantaranya baliho, spanduk, dan website. Beberapa yang muncul memang bukan nama yang asing, tapi ada juga yang benar-benar baru bahkan masyarakat belum mengenal sosoknya.
Sosialisasi yang dilakukan pemerintah belum maksimal. Seharusnya pemerintah kota turut serta mengkampanyekan untuk memilih yang sehat pada masyarakat. Sehat disini berart tanpa kepentingan apapun, tanpa paksaan. Selain itu pemerintah juga harus menggencarkan siapa calon-calon walikota sejak sekarang, bukan beberapa bulan sebelum pemilihan kepala daerah.
Dengan adanya media-media baik cetak maupun elektronik, sebaiknya dapat lebih dimaksimalkan untuk ajang promosi siapa saja calon walikota Semarang. Lalu diikuti oleh visi misi dan bukti nyata. Selain itu pemerintah sejak sekarang harus aktif agar masyarakat memilih dengan baik.
Harapan masyarakat semoga pemerintahan untuk 5 tahun ke depan akan lebih baik. Selain itu juga membawa Semarang menuju kota yang jelas, terarah, dan punya citra yang lebih baik lagi tak hanya nasional tapi juga internasional. Dan hal itu dapat dimulai dengan kesadaran masyarakat untuk memilih calon pemimpin yang tepat.

Senin, November 09, 2009

doa

kuminta pada Allah setangkai bunga segar, tapi Dia beri kaktus berduri,
kuminta kupu-kupu, diberi ulat berbulu.
Aku sedih dan kecewa..
Namun kemudian,
kaktus itu berbungan, indah sekali.
Dan ulat itupun menjadi kupu-kupu yang cantik.
Itulah jalan Allah, indah pada waktuNya!
Allah tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi Dia memberi apa yang kita perlukan.
kadang kita sedih, kecewa, terluka
Tapi jauh diatas segalanya Diasedang merajut yang terbaik dalamhidup kita

Senin, April 20, 2009

pemilu online, akankah?

Sangat amat tidak efektif pemilu kita. Kapan Indonesia pemilunya online??
TPSny berkimputer. Pakai layar touch screen. Atau  menggunakan mouse juga tidak masalah. Dan tidak perlu ribet dengan mengangkat kertas suara"sah:? Terlalu lama dan makan waktu.
Online juga tidak perlu quick count. Karena otomatis terhitung. Tenaga mnusia tidak banyak dikerahkan. Itu artnya bakal efisien pada uang yang dikeluarkan.
Bukankah teknologi hadir untuk memudahkan kita?
Berharap semoga sistem segera diprbaiki.

Selasa, Januari 06, 2009

Quotes2

Hal besar itu bermula dari hal-hal kecil yang dilakukan dengan penuh kesungguhan, makanya kalo pke SKS trkadang hasil gak max.
Qt akan selalu peduli pada hal-hal yang berkaitan dengan kita. Klo gak ad hubungannya gak dipeduliin. Contoh kecilnya sih saat tim kesebelasan kota qt diberitakan. Pasti akan ditontonmeskipun gak penting. Sebaliknya, kemenangan tm-tim yang udah punya nama klopun qt gak suka, ngapain diliat?
Mengubah paradigma berpikir
After we get our purpose, sometimes/ usually people feel very satisfied. Actually, its d first step. There r many stepo to guide what u want. Gak usah terlalu berlama-lama dalm zona nyamanmu& segera keluar dari lingkaran untuk maju

24 Hours

We have d same time, yang membedakan adalah bagaimana cara untuk memanfaatkan peluang. Yang membedalkan adalah tujuan. Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Bukan tiba-tiba menjadi besar!
*SEKARANG!-----inspirasi
masih ada besok! Besok! Tunda! Tunda! Kapan majunya?
Qt bisa begini dan mengeluarkan 1 statement karena qt pernah mengalami. Klo belum pernah mengalami ya gak percaya (belum tentu juga)

Kekutan Pikiran

Setiap hari setiap saat saya semakin dekat dengan kelulusan saya.... 10x
Awalnya,,
Males
1x aja udah males, apalagi 10x?
Di tengah-tengah,,
Mencoba untuk rutin, penentuan jam berapa harus ngucapin
Akhirnya,,
menjadi kebiasaan
tentunya didukung kemauan untuk belajar
hasilnya,,
menegejutkan!! Sungguh mengejikan!!
Berlaku pula untuk hal lain
*istilah lain adalah change ur mantra
Kesusksesan ditentuksn oleh seberapa besar keyakinan anda untuk meraihnya

Jangan Meremehkan

“Eh, tau gak caranya soal mat nomor 11?” kata seseorang dihadapan saya.
Saya sedang akan mencoba untuk menunjukkan kemampuan saya, tiba-tiba dia telah beralih pada ”A”. Orang yang selama ini populer karena kepintarannya.
Segitukah dia memandangQ sebgai orang yang gak mampu?
Awas, lo! Liat aja, aq pasti bisa!
-----> energi positif
Dan terus aja klo ada soal-soal yang gak bisa, orang-orang pasti larinya ke orang-orang yang populer dengan nilaibagusnya.
Justru disitulah kesempatan saya untuk belajar. Apa, sih yang gak bisa. Apa yang perlu ditambah. Apa yang perlu diperbaiki. Terserah klo orang-orang pada lari ”kesana” dan bukan ke aq. Liat aja ntar.

Deng dong. Survey membuktikan ranking naik pelan-pelan. Prestasi bagus. Cukup beberapa orang aja yang tau, gakperlu banyak-banyak.

Kadang kala suatu penghinaan dan remehan dapat menjadi power buat bangkit!

Belajar dalam keterbatasan

Gak punya komputer? Rental
Gak punya internet? Warnet
Dan apapun yang berbau ”gak” bisa diatasi dengan pemeblajaran otodidak. Semua bergantung pada niat dan kemauan. Ada seorang yg zaman-zaman masih tren komputer (waktu tu yg diandalkan adl Ms. Word). Keadaannya adalah dia gak punya komputer, tapi dy hrus mudeng & paham word.
Apa yang dia lakukan?
Pinjam buku bwt dibaca, dicatet yang penting-penting, baru deh ke rental buat praktik.
Semua orang gak bisa sama persis berpikiran yang =apa yang kau pikirkan. Mungkin dibalik pikiran ada big think or maybe just OMDO.
Percaya deh bahwa kerja kelompok lebih cepat selesai, lebih bagus daripada kerja sendiri. Sebagai analogi, 1 lidi dan 10 lidi untuk menyapu lebih cepat selesai yang mana?
Makanya bener juga ada slogan ”bersatu kita teguh, bercerai kta runtuh” atau ”berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”

do what u like

Kita gak perlu maksa sama hal-hal yang emang gak seneng. Hal-hal yang terpaksa dijalani, hal-hal yang bikin BT. Lakukan aja hal yang kamu senangi, lalu buatlah d journey. Nah, itulah yang bermanfaat bagiorang lain. Klopun ada hal-hal yang mesti terpaksa buat dijalani, cari alternatif lain misalnya bisa dilakukan dengan hal lain yang qt senangi itu.
TmnQ ada ne, dy hobi buat jalan-jalan, shopping, have fun, ngenet. Kegiatan kyk gt klo diliat apa gt manfaatnya (buat sebagian orang). Karena refresing tiap hari juga gak bagus (subjektif).
Tapi apa hasilnya? Tmnny banyak, gaul, g gaptek, walau jarang berangkat kul. Tiap ujian dapetnya bagus (mungkin dy ud tau trik-trik/ apa jalah dari pengalamannya itu)
Hmmm.. tapi klo dipikir ada benernya juga, loh melakukan hal yang qt senangi aja. Pasalnya hal-hal yang disenangi itu punya appeal dibanding hal-hal yang tidak menarik sama sekali. Lah kalo hal yang terpaksa dilakukan gmn, ya?

Nothing

Udah lama neh g update blog.
trlantar kira2 1 tahun gt.hehehe