Rabu, Januari 11, 2012

Salah Kaprah dalam Entrepreneurship

PENGERTIAN entrepreneurship bukanlah tentang bagaimana menghasilkan pendapatan ataupun membuka usaha dan menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Menurut pandangan penulis, entrepreneurship seharusnya lebih mengarah pada sikap dan mental yang harus dimiliki seseorang yang akan terjun di dalam dunia usaha. Hal tersebut merupakan dasar penting sebelum praktik di lapangan.

Kenyataan yang ada sekarang, mahasiswa ramai-ramai didorong untuk terjun di bidang entrepreneur. Tetapi porsi gambaran kesuksesan dan kelebihan entrepreneur dibanding pekerja kantoran lebih banyak diungkap ketimbang risiko yang harus ditanggung, sehingga kadang-kadang terjadi mimpi yang lebih tinggi daripada realita yang sesungguhnya. Dampaknya, dapat dilihat pada usaha-usaha yang bermunculan, yang umumnya memiliki usia yang  tak lama.

Bukan berarti mendiskreditkan atau mengecilkan suasana yang baru saja digalakkan, namun akan lebih tepat jika mental entrepreneur ditanamkan sejak awal. Tidak melulu hal-hal yang monoton, seperti kelebihan dan kesuksesan pengusaha. Akan lebih arif jika diimbangi dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh mereka yang terjun di bidang entrepreneur. Nilai-nilai seperti kesabaran, strategi, kemandirian, siap jatuh bangun, dan hal-hal lain yang mendukung tercapainya usaha, perlu dikemukakan juga.

Terjun di bidang entrepreneur adalah pilihan dengan segala konsekuensinya. Saat ini mudah dijumpai pendidikan entrepreneurship secara instan, bahkan tak menghargai proses. Ingin segera terlihat hasilnya, namun usaha yang dijalankan tak gigih.

Sebagai tambahan, entrepreneur berbeda dari pengusaha. Pengusaha adalah orang yang mampu menciptakan lahan penghasilan bagi diri sendiri atau orang lain dan belum tentu menyejahterakan orang banyak. Sementara entrepreneur, berada pada tataran makro, ia mampu menyejahterakan dengan mempekerjakan orang banyak. Pada tataran mahasiswa, mental entrepreneur dapat diciptakan, dan terus dimotivasi