Selasa, September 14, 2010

Rombak Sistem Pendidikan

           Mahalnya biaya pendidikan bukan lagi menjadi isapan jempol belaka. Sekarang, baik institusi negri maupun swasta punya tarif yang relatif sama untuk pengembangan pendidikan.

Tidak cukupkah subsidi pemerintah? Tak bisa dipungkiri  bahwa di era kapitalisme ini uang sebagai salah satu modal kelangsungan hidup. Modal yang dimiliki seseorang haruslah lengkap untuk bertahan di era kapitalisme. Pemerintah sendiri menganggarkan dana untuk pendidikan tak lebih dari 50%.

Jangan sampai terjadi swastanisasi institusi negri, karena akan semakin memberatkan rakyat mengemban biaya pendidikan. Perekonomian rakyat belum sepenuhnya mampu untuk menanggung biaya pendidikan yang tinggi. Sekolah gratis menjadi solusi bagi institusi yang ada, khususnya negri.

Saat ini yang sering dijumpai, sekolah gratis dengan sekolah berbayar punya perbedaan meskipun menyandang negri. Pelayanan yang berbayar lebih baik daripada gratis. Hal demikian menjadi cermin bagi pendidikan sekarang. Sekolah gratis belum tentu menjamin kualitas baik.

Besarnya modal keuangan yang dibutuhkan dalam institusi dapat disiasati dengan memaksimalkan fasilitas yang ada. Dengan fasilitas-fasilitas yang sudah ada di institusi, peran pengajar diharapkan menjadi fasilitator agar proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan berguna. Tidak hanya menjadi hafalan semata.

Menurut penulis, pendidikan saat ini (terutama jenjang SD, SMP, SMA) penuh dengan materi hafalan. Tiap murid belum tentu menguasai semua mata pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu jika sistem diubah menjadi sesuatu yang berguna akan lebih baik. Belajar tidak hanya membaca, menulis, dan menghafal, tapi praktik juga tak kalah porsinya.
Disinilah peran pemerintah seharusnya di tengah. Hal itu sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 31ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga berhak mendapat pendidikan. Pasal 31 ayat 2, setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasare dan pemerintah wajib membiayainya. Sehingga meskipun ada yang berbayar dan gratis, akses mendapat pendidikan sama. Meskipun pelayanan yang didapat berbeda. Yang terpenting adalah bagaimana individu dapat memaksimalkan apa yang ada dan guru suskses sebagai fasilitator bagi muridnya.

Berkaitan dengan biaya, jika ada sumbangan bersifat wajib namun untuk peningkatan kualitas siswa tidak masalah. Karena sekolah pasti mengetahui bahwa semua sumbangan tidak bisa dipukul rata. Subsidi silang juga bisa berasal dari golongan menengah ke atas untuk peningkatan mutu siswa. Besarnya biaya pendidikan tak luput dari peran pemerintah yang ingin menyejahterakan rakyat. Semua adalah untuk kepentingan rakyat. Subsidi yang diberikan agar dapat dimaksimalkan sebaik-baiknya.

Pendidikan berasal dari kata didik yang bisa disejajarkan dengan makna mengajar, memberikan ilmu. Pendidikan di Indonesia belum bisa seperti di Jepang yang menggratiskan muridnya bersekolah. Di Jepang sendiri, pendidikan gratis mempunyai konsekuensi murid-murid  mempunyai etos kerja tinggi dan menghargai waktu. Kondisi seperti itu belum bisa dijumpai di Indonesia.

Faktanya, meskipun beberapa sekolah telah gratis, semangat siswanya belum sepenuhnya tinggi untuk mencari ilmu. Banyak murid yang menyepelekan dengan pendidikan gratis. Seringkali menjadi kendala adalah kualitas murid yang belum sepenuhnya baik, meskipun pendidikan beberapa telah gratis. Hal tersebut menjadi salah satu batu sandungan pemerintah dalam meningkatkan pendidikan.

Sebaiknya, gratis dijadikan sebagai kompetisi untuk mendapat pendidikan yang lebih baik, terutama bagi yang kurag mampu. Peningkatan kualitas tenaga mengajar perlu dilakukan agar murid tidak hanya menerima apa yang dipelajari, tapi juga mengkritisi dan mempraktikkan apa yang yang dterima. Kemudian minat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan perlu dipupuk sejak dini. Hal itu dapat diterapkan pada pemberian standar nilai tertentu bagi sekolah gratis. Sehingga diharapkan murid akan berkompetisi sehat dan mempunyai etos kerja tinggi serta meningkatkan kualitas bangsa.

Dengan demikian, pembaruan sistem pendidikan harus dilaksanakan. Suasana kondusif agar ditegakkan. Sehingga jika biaya gratis bukan lagi mimpi, para pencari ilmu akan mengahragai dan mempunyai etos kerja tinggi karena dihadapkan pada kuota dan seleksi. Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sitem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketawaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Memaksimalkan Warisan Leluhur

Cagar budaya termasuk salah satu aset yang harus dilestarikan. Benda-benda kuno tersebut merupakan bentuk nyata peninggalan yang diturunkan turun-temurun.Undang-undang Republik Indonesia no 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya merupakan wujud murni bahwa penanganan benda cagar budaya dilakukan secara khusus dan dilindungi undang-undang. Dalam pasal 2 disebutkan perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan untuk melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia.

Warisan budaya menururt Davidson (1991:2) diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi eleman pokok dalam jati diri suatu kelompok atau bangsa. Tempat-tempat bersejarah termasuk dalam warisan budaya tidak bergerak, selain itu ada juga bentang alam darat maupun air, banguna kuno, dan atau bersejarah, patung-patung pahlawan (Galla, 2001: 8).

Sebagai generasi muda yang hidup di era modern, tugas kita adalah ikut merawat dan bukan merusak atau menghancurkan. Namun kondisi ekonomi yang mendesak maupun ingin mengntungi keuntungan pribadi, menjadikan warisan harus lenyap diambil orang yang tak bertanggung jawab. Perbuatan demikian justru semakin membuat citra daerah menurun.

Untuk mengantisipasi kejadina tersebut atau mencegah bangunan tua dihancurkan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, merenovasi tanpa menghilangkan bentuk asli warisan yang ada. Setelah sebelumnya mengamati serta meneliti kerusakan dan menentukan bentuk perbaikan agar gedung tetap berdiri dan tidak rapuh. Misalnya mengecat ulang dan menyemen bagian-bagian yang sudah hampir lapuk.
Kedua, menjadikan gedung-gedung tua sebagai tempat wisata sejarah yang dapat digabung dalam rangkain wisata kota. Jika tidak, gedung tua yang nampaknya tidak berfungsi dapat juga dijadikan sebagai gedung kesenian yang berisi agenda-agenda menarik atau sebagai gedung pertemuan. Bisa juga menjadi museum mini yang peralatnnya berasal dari purnawirawan yang sudah pensiun. Dengan demikian para pejuang juga mendapat pengharagaan.

Ketiga, untuk mencagah pencurian barang-barang sejarah perlu keterlibatan semua pihak untuk ikut menjaga dan melestarikan benda kuno. Tidak hanya pihak pemerintah saja yang perlu melindungi, namun masyarakat juga. Pemerintah dapat mensosialisakan agar peran serta masyarakat juga terlibat dalam pemeliharaan warisan leluhur.

Keempat, promosi yang gencar menganai tourism lokal dengan segala keunikannya. Sehingga aset tersebut selain dilsetarikan juga sebagai objek wisata yang tentu saja menambah pemasukan daerah. Promosi yang disuguhkan harus unik. Misalnya wisata sejarah kota dengan serangkaian kombinasi acara kunjungan ke berbagai tempat-tempat sejarah dan tempat wisata. Dapat juga dilengkapi dengan cinderamata khas kota tujuan, sehingga semakin menyemarakkan suasana pariwisata.

Dengan langkah-langkah tersebut diharapkan potensi kota dapat terangkat, perekonomian naik, dan citra daerah semakin baik di lingkup nasional maupun internasional. Hal tersebut perlu disosialisikan pada masyarakat dan pengelola aset daerah. Sehingga warisan budaya leluhur dapat berungsi maksimal dan nilai-nilai budaya tetap lestari.

About Semarang

Do you know Semarang? Semarang is the capital of Central Java. Actually, Semarang famous with Lawang Sewu and Tugu Muda. Not only that, but there are many places for you to be the destination wen holiday. There are some following places that you can visit:
  • Sam Poo Kong
Its located on Gedung Batu. The place isfor the Buddhist pray. The history said that long-long ago Semarang was not land, but full of ocean. Basedon myth, Laksamana heng Ho ever landing the ship in Semarang. Some people said that Cheng Ho was Moslem, but the other said cheng Ho was Buddhist. Whatever with the controversy, Sam Poo Kong was a beautiful place to visit. Sam Poo Kong has large area and few place for pray.
.
  • Wonderia
Wonderia is like TMII in Jakarta. But TMII larger and more complete than wonderia. In Wnderia, you cantry to play many game tools like bom-bom car, rumah hantu, kurungan burung, train, etc. The place always full and crowded when weekend. Lets enjoy the game!
  • Maron Beach
This is a new beach in Semarang. The beach was origin, but it is not like the beach in Baly. To reach the beach, you must thgrough the way full of stone. Inspite of that, the beach was beautiful.
  • Marina Beach
This is the sham beach in Semarang. You can enjoy the scenery. Marina beach was not far with Maron. Beside the beach, you can enjoy in swimming pool and other facilities like Maerokoco-the miniature of Central Java. To reach the Marina, you can go by car or motorcycle.
  • Mangkang Zoo
Its located in front of the new terminal in Searang. Its in border between Semarang and Kendal. There are many animal collection to view. The place was large and col. And easy to reach the zoo.
  • Ungaran Mountain
This is the one mountain that Semarang have. The mountain unactive and was not dangerous, so it’s the right place for climber to climb the mountain. The scenery surround the mountain was beautiful. The weather around that was cold. In Ungaran mountain also found Gedongsongo temple.

  • Gedongsongo Temple
It’s the famous place to visited. Based on the name, in there found nine temple. To rech one temple to other, you must walk very far and up because the temple was in plateau.

  • Bandungan
Bandungan was like Puncak-West Java. In there, you can find the hotel, horse, flower seller, and absoloutely special food seller too. The weather was cool but still interesting to visit. The place always crowded when holiday and weekend.
  • Old City
The area waslocated in downstairs Semarang. The weather was hot. In rainy days, sometimes the place touched of flood. Old city-like the name, have an old building, remaining colonize. For example Blenduk church, Koperasi Batik, etc.
  • Ronggowarsito Museum
Its one place to learn the history. In Ronggowarsito, you can find the remaining tool colonize, etc. It’s the right place to more know about what happened in past.
*Sorce: All photos from the net

Pers kampus: Hidup Segan Mati Tak Mau

Melihat perkembangan pers saat ini, bak makan buah simalakama. Jika pers sebelum orde baru lebih mengarah pada pergerakan melawan rejim lama, pers sekarang belum jelas arahnya. Pers mahasiswa mengalami kemunduran dalam perjalanannya.

Sejak negara menganut kebebasa pers, media-media banyak yang hilang kendali. Dalam artian terdapat penurunan daya kritis yang dipegang. Pemberitaan yang seragam dan kurang mendalam lebih mudah dijumpai daripada yang kritis. Pers mahasiswa semakin pasang surut lajunya.
Pers mahasiswa sebagai ujung tombak perjuangan kampus masih dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala eksternal berhubungan dengan masa studi. Kendala internal berhubungan dengan jumlah sumber daya manusia yang tak menentu. Karena saat ini idealisme pers bermacam-macam. Background anggota ikut memengaruhi pemberitaan yang disajikan.

Selain itu, jumlah pembaca pers kampus tak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang ada. Seringkali topic yang diangkat tak lagi dibahas secara mendalam, bahkan basi. Belum lagi pada kendala penerbitan yang tidak teratur karena terbentur dana. Masalah-masalah yang demikian hampir semua ada di pers kampus.
Agar pers kampus tak semakin tenggelam, perlu pemantapan dari anggotanya dalam visi dan misi. Tetap idealis namun kritis, serta dapat diterima berbagai pihak. Kreativitas perlu ditingkatkan untuk menghidupkan kembali pers kampus dengan nuansa yang interaktif.

Yang pasti, pers kampus sebagai aspirasi mahasiswa untuk membawa perubahan. Dalam lingkup kecil, sebagai media penyalur aspirasi pada birokrat kampus dan tak menutup kemungkinan pada hal-hal besar yang dapat diimplementasikan di kampus untuk perubahan yang lebih baik.
Kemudian hal-hal tersebut dipadukan dengan kecanggihan teknologi informasi. Pers kampus tidak boleh ketinggalan dalam memberikan berita penting bagi pengembangan daya kritis mahasiswa.

Selasa, April 06, 2010

Banyak Jalan Menuju Roma

Pilkada yang akan dilaksanakan tahun 2010 di kota dan kabupaten se Jawa Tengah menarik untuk diamati. Salah satunya adalah pengusungan partai politik terhadap calon kepala daerah. Sebagaimana diketahui bahwa selain calon independen, juga terdapat calon yang berasal dari parpol.
    Persoalan calon independen menarik untuk kita simak.Mereka dengan sekuat tenaga membentuk tim sukses, mencari dukungan, menyusun strategi 'tempur', bahkan  bisa kampnye dilapangan pun akan mereka lakukan sendiri.
    Demikian beratnya berbagai tantangan dilalui oleh calon independen menjadikan peluang itu tak banyak yang menggunakannya, kecuali bagi mereka yang benar-benar bermental petarung dan selalu optimis dalam segala tindakannya.
    Karena itu para bakal calon kepala daerah lebih ingin diusung oleh partai politik, tentu saja dengan konsekuensi mereka akan lebih banyak mengeluarkan kocek untuk mendapatkan tiket dari parpol yang bersangkutan. Alasan lain tentu saja calon pendukung dianggap semakin jelas, setidaknya adalah dari para konstituen parpol. Belumlagi pendukung dari luar parpol pengusung. Sehingga dari sini bisa diprediksi berapa kekuatan yang akan bisa diperolehnya.
    Melalui parpol juga akan memperingan proses kampanye. Sebab dari sana kader partai kan turun ke jalan untuk menjaring massa. Mesin kemenangan akan terus bergerak meluas.
    Melihat kenyataan tersebut, suara dari partai politik diprediksikan lebih tinggi daripada ketika ia maju dari jalur independen. Karena dari parpol anggotanya jelas dan sukungan yang diberikan pun biasanya penuh.
    Hanya saja hal inijuga masih tergantung dari kinerja tim sukses dan popularitas calon. Calon independen tidak serta merta pesimistis jika lawan yang ada di depannya tidak sepopular dirinya. Bagi yang belum popular tidak perlu berkecil hati, karena popular itu pun tidak perlu dibangun bertahun-tahun sebelumnya. Istilahnya, dalam hitungan menit popularitas itu bisa dibangun. Ia bisa diburu dari sebuah kreativitas dan improvisasai pemainnya. Dan tentunya akan lebih mudah ia didapatkan, yaitu dengan membeli. Sepanjang koceknya tebal bakal calon walikota tak akan kesulitan membangun popularitas.
    Mekaninsmenya, parpol-parpol membuka pendaftaran calon pemimpin daerah. Berbagai persyaratan disebutkan agar calon kepala daerah dapat melengkapai apa saja yang dibutuhkan. Kemudian parpol akan memverifikasi  berkas, meninjau, dan akhirnya mengusung sebuah nama untuk didukung. Semuanya berproses, sebab banyak pertimbangan sebelum memutuskan memilih nama calon.
    Pemahaman selama ini, calon kepala daerah yang diusung adalah kader atau anggota yang sudah lama berada dalam partai politik, bukan calon dari luar yang meminta dipinang oleh partai. Namun yang terjadi parpol dengan terbuka menerima pendaftaran calon kepala daerah yang ingin didukung. Tentu saja dengan syarat-syarat tertentu.
    Sosok yang kharisma tidak cukup untuk membuat parpol melirik calon yang mendaftar. Selain kepribadian yang baik, tentu saja visi misi yang diusung sejalan dengan partai.
    Ketika calon dari luar meminta untuk didukung, banyak konsekuensi yang harus ditanggung. Terdapat kesepakatan yang akan disetujui bersama mengenai kelanjutan pengusungan. Yang menjadi pemandangan yang lumrah adalah proses mendapatkan tiket dari parpol. Sudah bukanrahsia lagi bahwa nilai rupiah sangat dominan, lebih-lebih jika pendaftarnya bukan berasal dari keluarga besar partai.
    Alasannya sederhana ketika rupiah dilibatkan dalam mengatasi kebuntuan itu, yatu bahwa partai membutuhkan dana besar untuk biaya operasionla partai baik yang terkait dengan pemilukada atau tidak. Nilainya tentu saja miliaran rupiah.
    Cara semacam ini sebenarnya sudah m embuka kran kebobrokan semakin lebar. Pembelian tiket sebenarnya tidak bis akita toleransi di era membangun demokrasi secara sehat. Perjalanan demokrasi yang tertatih-tatih in masih saja dicoreng pleh praktik jual beli tiket dalam proses pemilihan pimpinan.
    Logikanya, figur yang terpilih tidak akan begitu saja merelakan modal yang sudah dikeluarkannya, kecuali orientasi mereka murbi untuk membangun daerahnya. Mereka di hari kemudian akan mengotak-atok besaran modal, lalu bagaiman cara mengembalikannya, sekaligus untuk mendapatkan untug dari jabatan yang pernah direbutkan itu.
    Dari sini peluang untuk mengegah-eguhkan sumber dana dilakukan. Tak sedikit para pemimpin yang terjerumus korupsi, suap,dan nepotisme.
    Selain berpeluang korupsi diperkirakan juga kan muncul politik bals budi. Kepala daerah aikan mempermudah urusan apa yang diminta parpol. Objektivitas taka kan bisa terjamin lagi. Urusan dan keinginan parpol pengusunglah yang menjadi prioritas. Lagi-lagi dalam hal ini rakyat yang dirugikan.
    Yang jelas banyak jalan menuju roma. Waktu bukan menjadi ukuran mereka untuk bersosialisasi. Banyak cara instan umtuk mendapatkan tiket sebagai calon kepala daerah.

kontroversi penggabungan UN dan SNMPTN Belum Tepat Sasaran

Sejak akhir Ujian Nasional tahun lalu, muncul usulan agar ujian nasional digabung dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi. Hal ini merupakan itikad baik pemerintah agar beban siswa yang lulus tidak bertambah. Sebab, soal ujian nasional dan soal seleksi masuk perguruan tinggi berbeda. Soal ujian nasional berdasarkan apa yang dipelajari di sekolah, sedangkan soal ujian masuk perguruan tinggi didesain dengan pengerjaan penuh trik bahkan seringkali tidak dipelajari di bangku sekolah. Hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan agar siswa tidak hanya mengejar lulus sekolah, namun juga lolos perguruan tinggi. Banyak yang mengeluh soal tes masuk perguruan tinggi tidak sesuai di bangku sekolah.
Saat ini yang patut diperhatikan adalah tidak semua lulusan sekolah menengah akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Ada siswa yang sudah punya rencana setelah lulus bekerja atau rencana lain selain kuliah. Jika kuliah, tidak semua siswa melanjutkan di perguruan tinggi negeri.
Kebijakan untuk menggabungkan UN dan SNMPTN sebaiknya perlu ditinjau ulang, mengingat beberapa alasan tersebut. Jika digabung, maka mau tidak mau siswa ada keharusan masuk perguruan tinggi. Kemudian beban siswa akan semakin bertambah jika mereka tidak lulus. Itu berarti impian mereka untuk melanjutkan pendidikan pupus, sebab tahun depan masih mengulang dengan jumlah pesaing yang tidak sedikit. Nilai yang harus didapat pun harus tinggi, karena tiap perguruan tinggi punya pass in grade yang berbeda. Hal ini semakin menjadi beban siswa untuk mencapai target lulus dan lolos. Padahal, seringkali dijumpai siswa mendapat nilai ujian nasional beda tipis dengan standar kelulusan yang ditetapkan. Sementara di perguruan tinggi sendiri untuk kriteria calon mahasiswa syarat-syarat yang diperlukan bukan hanya dari nilai ujian nasional, misalnya kesehatan, fisik, IQ, dan lain sebagainya.
Lalu jika penggabungan benar terjadi, akan ada regulasi baru untuk lulusan sekolah menengah yang melanjutkan ke perguruan tinggi setahun atau dua tahun berikutnya. Dan mungkin akan ada pnghapusan jalur PMDK. Serta ada pula regulasi khusus untuk lulusan kejar paket C. Hal ini justru menjadikan akses mendapat kesempatan pendidikan yang sama semakin dibeda-bedakan.
Pemerintah perlu meninjau ulang dan memperhatikan semua lulusan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan paket C. Jangan semakin mempersempit pilihan untuk melanjutkan pendidikan dengan peraturan baru yang kurang tepat sasaran.

Rabu, Januari 06, 2010

Tingkatkan Dunia Industri Kreatif

Adanya krisis global pelan-pelan berdampak pada setiap sektor perekonomian. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang juga merupakan sumber untuk memenuhi kebutuhan hidup. Terutama dirasakan oleh rakyat kecil.


Di Indonesia jumlah wirausaha hanya 0,18%, idealnya dibutuhkan 2% wirausaha untuk menggerakkan perekonomian di suatu negara. Wirausaha juga sebagai penopang ekonomi bangsa.

Menciptakan ikim untuk berusaha membuat orang mengoptimalkan kerja otak. Karena butuh kreativitas untuk mengatasi permasalahan hidup dan memanfaatkan peluang yang ada.

Industri kreatif tidak ada matinya. Sebab pada dasarnya manusia suka hal-hal yang berbau keindahan. Dengan adanya industri kreatif berarti telah menciptakan inovasi yang tepat guna, bermanfaat, dan tentu saja mampu menghidupi kebutuhan masyarakat.

Namun demikian, tidak hanya berinovasi, tetapi juga membangun jaringan, mengelompokkan bidang industri-industri kreatif tersebut. Disinilah peran pemerintah untuk membina, mengalokasikan, dan ikut serta memasarkan pada pihak yang tepat. Selain itu pendidikan kewirausahaan juga harus dimasukkan dalam kurikulum sejak di bangku sekolah.

Berlaku Seperti Guru

Arti pahlawan tidak sama dengan pemimpin. Karena sesungguhnya tiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Sedangkan pahlawan adalah orang yang dengan segenap kemampuannya berbuat banyak untuk orang lain di lingkungan sekitarnya. Lebih jauh lagi, pahlawan mampu menggerakkan orang-orang disekitarnya untuk berbuat jauh lebih baik. Sehingga perubahan terjadi ke arah yang semestinya.


Penganugerahan nama pahlawan selain karena jasa-jasa yang diberikan selama hidup, juga imbasnya dalam perilaku dan pemikiran masyarakat. Seseorang dicitrakan positif adalah berdasar informasi yang ada di sekelilingnya. Tentu saja hal tersebut dapat dilihat dari tindak nyata yang telah dilakukan.

Banyaknya pahlawan di Indonesia adalah berdasar apa yang telah diperbuat dalam hidupnya. Apa sumbangannya bagi negara.Gelar pahlawan tidak hanya disematkan untuk dihafalkan, tetapi adalah tentang bagaiamana jasanya dikenang dan perjuangannya tetap diwujudkan dalam keseharian oleh bangsa.

Penganugerahan gelar pahlawan selalu identik dengan usaha fisik yang dilakukan seseorang dan tentu saja yang menarik simpati penguasa. Lihatlah jasa pahlawan yang ada di Indonesia, dianugerahkan kebanyakan karena jasa fisiknya, tetapi melalui jasa pikiran tidak lebih banyak.

Kejahatan Soeharto terbayar oleh kebijakannya dulu semasa menjadi pemimpin oleh hal-hal yang tampak nyata oleh rakyat yaitu kesejahteraan rakyat. Mungkin oleh penguasa saat ini masih ada hal yang kurang pada jasa Bung Tomo untuk disebut sebagai pahlawan. Padahal Bung Tomo juga seperti pahlwan revolusioner yang lain, yang dengan gagah berani menghadapi penjajah di tanah air.

Sebenarnya apa kriteria menjadi pahlawan, apakah harus selalu dibawah tangan sang penguasa negri seseorang dianugerahi gelar pahlawan. Untuk hal demikian, rakyat yang harus bersuara. Karena seseorang yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik di dalam suatu tempat dapat disebut pahlawan. Baik melalui pemikuran maupun tindakan yang selalu menginspirasi rakyat untuk tetap berbuat baik.

Tidak menjadi soal ketika ada beberapa orang yang belum diakui sebagai pahlawan. Yang penting adalah anggapan rakyat mengenai seseorang layak disebut pahlawan atau tidak. Jadi sosok pahlawan sendiri melekat pada rakyat, bukan sekedar didengung-dengungkan oleh Presiden. Bersikap seperti guru, yang dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tidak mengharap namanya dicantumkan dalam daftar nama pahlawan, tetapi jasa-jasanya selalu diteruskan oleh anak bangsa.

Lalu bagaimana dengan Gus Dur?

Kejahatan Teknologi Pendidikan

Pendidikan yang berarti adalah suatu proses yang bereksinambungan, dari lahir sampai mati. Ketika pendidikan mulai berbelok ke arah yang tidak benar, yang terkena dampaknya adalah semua yang terlibat di dalamnya.Walaupun yang melakukan hanya segelintir orang yang kadang tidak bertanggung jawab.


Hal tersebut menunujukkan bahwa pendidikan rentan terhadap penipuan. Penipuan itu berarti pembodohan pada diri sendiri dan berujung pada ketidakpercayaan.

Hal tersebut memperlihatkan pula bahwa pendidikan kita masih lemah, belum maju. Terbukti masih saja ada saja celah yang dapat dimasuki oleh orang-orang yang licik.

Makna pendidikan sebenarnya ada dalam proses dan bukan hasil akhir. Dimana dalam proses diharapkan kualitas menjadi lebih baik. Jika fenomena ”aspal” (asli tapi palsu) masih saja terus terjadi yang perlu dikhawatirkan adalah kualitas dari kaum terdidiknya.

Sebagaimana terdapat ungkapan yang mengatakan bahwa guru berarti digugu dan ditiru (dianut dan ditiru). Jika ada kejadian aspal, maka pertanyaan yang muncul pertama kali adalah ”Siapa gurunya?”. Padahal guru tidak mengajarkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi murid asuhannya. Pada murid asuhannya lah pengetahuan menjadi dikembangkan, apakah menjadi baik ataupun buruk.

Sebenarnya apa yang diinginkan dari aspal tersebut? Tenar? Perlu disadari bahwa pendidikan itu penting, tapi jauh lebih penting adalah aplikasi dalam kehidupan dari pendidikan yang telah dienyam. Bagaimana dengan pengetahuan, sesuatu menjadi lebih berguna ke arah yang lebih positif dan mengurangi hal-hal yang dinilai negatif.

Kemajuan teknologi tidak seharusya dijadikan ajang kejahatan, apalagi dalam kejahatan memalsukan nilai. Kualitas seseorang tidak hanya dinilai dari besar kecilnya nilai yang diraih, tapi berdasarkan kualitas yang diantaranya terdapat dalam skill dan potensi.

Hal ini menjadi masukan penting bagi institusi agar lebih tanggap terhadap kejahatan teknologi. Misalnya dapat dimulai dengan suatu langkah perubahan memperketat sistem agar tidak kebobolan, disamping menggunakan nilai sebagai syarat utama.

Dan yang tak kalah penting adalah jauhkan dari uang pelicin. Segepok uang pelicin tidak menjamin kualitas. Ijazah ataupun hal yang mendukung dalam bentuk hitam diatas putih tidak bisa hanya dinilai dengan nominal uang. Bagi yang tidak mampu / memenuhi standar memang sebaiknya tahu diri. Karena keinginan tanpa kemampuan yang memadai tidak efektif.

Kontroversi Penggabungan S1 dan S2

Pernyataan rektor UI tentang penggabungan S1 dan S2 patut mendapat apresiasi dari lingkungan akademik. Dengan demikian masa studi tidak perlu terlalu lama dan tidak banyak menghabiskan biaya.

Namun yang menjadi permasalahan, sudah siapkah sumber daya manusia (SDM) di Negara kita? apakah dengan adanya penggabungan S1 dan S2 sudah menjamin kualitas sarjana-sarjaan yang dihasilkan? Atau bisa saja jikapenggabungan benar-benar terjadi, hanya mengejar kuantitas lulusan S2. Dengan harapan bahwa lulusan S2 banyak, berarti calon ilmuwan dan peneliti tidak kurang.

Bukan tentang gelar atau jumlah yang dikejar, tapi kualitaslah seharusnya yang harus ditingkatkan. Setiap birokrasi, akademisi, mahasiswa, dan praktisi punya kemauan untuk maju dan mengembangkan ilmunya. Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk menggerakkan penelitian, pemberian apresiasi yang besar untuk mahasiswa yang mau mengembangkan ilmunya atau menginspirasi lingkungan sekitarnya. Sehingga menuju jenjang S2 pun punya persiapan yang mantap.

Perbaikan yang diterapkan pada jenjang menengah. Setiap tahun banyak lulusan SMA yang tak terserap di perguruan tinggi karena terkendala biaya. Seharusnya hal-hal tersebut diatasi dengan cepat dan tak perlu berulang-ulang tiap tahun muncul. Pendidikan boleh murah asal kualitas bukan murahan.

Hal tersebut juga berlau untuk S1 ke S2. Biaya menjadi faktor penyebab sedikitnya jumlah mahasiswa S2 dibanding S1. Jika penggabungan S1 dan S2dilaksanakan, pemberian beasiswa yang harus digencarkan namun kualitas juga ditingkatkan.

Tetapi hal itu kembali lagi pada diri sendiri untuk mau memperdalam dan membangun ilmu yang sudah didapat.