Selasa, September 14, 2010

Pers kampus: Hidup Segan Mati Tak Mau

Melihat perkembangan pers saat ini, bak makan buah simalakama. Jika pers sebelum orde baru lebih mengarah pada pergerakan melawan rejim lama, pers sekarang belum jelas arahnya. Pers mahasiswa mengalami kemunduran dalam perjalanannya.

Sejak negara menganut kebebasa pers, media-media banyak yang hilang kendali. Dalam artian terdapat penurunan daya kritis yang dipegang. Pemberitaan yang seragam dan kurang mendalam lebih mudah dijumpai daripada yang kritis. Pers mahasiswa semakin pasang surut lajunya.
Pers mahasiswa sebagai ujung tombak perjuangan kampus masih dihadapkan pada berbagai kendala. Kendala eksternal berhubungan dengan masa studi. Kendala internal berhubungan dengan jumlah sumber daya manusia yang tak menentu. Karena saat ini idealisme pers bermacam-macam. Background anggota ikut memengaruhi pemberitaan yang disajikan.

Selain itu, jumlah pembaca pers kampus tak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang ada. Seringkali topic yang diangkat tak lagi dibahas secara mendalam, bahkan basi. Belum lagi pada kendala penerbitan yang tidak teratur karena terbentur dana. Masalah-masalah yang demikian hampir semua ada di pers kampus.
Agar pers kampus tak semakin tenggelam, perlu pemantapan dari anggotanya dalam visi dan misi. Tetap idealis namun kritis, serta dapat diterima berbagai pihak. Kreativitas perlu ditingkatkan untuk menghidupkan kembali pers kampus dengan nuansa yang interaktif.

Yang pasti, pers kampus sebagai aspirasi mahasiswa untuk membawa perubahan. Dalam lingkup kecil, sebagai media penyalur aspirasi pada birokrat kampus dan tak menutup kemungkinan pada hal-hal besar yang dapat diimplementasikan di kampus untuk perubahan yang lebih baik.
Kemudian hal-hal tersebut dipadukan dengan kecanggihan teknologi informasi. Pers kampus tidak boleh ketinggalan dalam memberikan berita penting bagi pengembangan daya kritis mahasiswa.

Tidak ada komentar: