Kebangkitan pers Burma patut diapresiasi karena
proses menuju kebebasan tidaklah mudah. Salah satu petikan pada berita VOA
Indonesia 18 Oktober 2012 “Media Corong Pemerintah Burma Ubah Konsep”
menyebutkan bahwa pemimpin redaksinya
bergabung dengan Koran New Light of Myanmar
setelah mengikuti wajib militer 14 tahun (http://www.voaindonesia.com/content/media-corong-pemerintah-burma-ubah-konsep/1528686.html),
bisa dibayangkan berapa lama pers disana selalu di bawah bayangan junta militer
dan pro pemerintah.
Pers Burma baru bangkit setelah Aung San Suu Kyi
berhasil membawa angin perubahan bagi demokrasi di Burma, yakni dengan
berhasilnya ia menduduki kursi parlemen setelah berada di tahanan rumah hampir
dua decade (http://www.voaindonesia.com/content/aung-san-suu-kyi-akan-berkunjung-ke-amerika/1508822.html,
15 September 2012). Saat ini pemerintah reformis mengambil alih dan junta
militer sudah tidak ada lagi dan pemerintah lebih condong pada publik. Meskipun
masih dipegang Thein Sein, halaman untuk era demokrasi tetap ada, setelah ia
mulai melunak.
Permasalahan tersebut mirip dengan Indonesia di era
sebelum reformasi, dimana media dikuasai oleh pemerintah, kewajiban menyiarkan
berita televisi pada jam malam yang seragam, serta tidak transparan mengenai informasi
publik. Adanya pemberitaan yang menyinggung pemerintah yang kurang baik,
siap-siap berhubungan dengan bui.
Pasca reformasi, bisa dikatakan sebagai kemerdekaan
pers. Media cetak, harian, mingguan, majalah mulai bermunculan dengan beragam
informasi yang disajikan sehingga tidak ada lagi opresi dari pemerintah. Pemberitaan
mulai menunjukkan warna, kebobrokan pemerintah mudah disorot, pers
terang-terangan menunjukkan sikap yang selama ini ditutupi.
Namun angin kebebasan pers itu tak membawa dampak
yang tak sedikit, bisa dikatakan pers kebablasan. Saat ini batas antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi menjadi kabur, lebih sering terlihat
urusan pribadi berada pada ranah publik. Lihat saja tayangan gosip di televisi yang
setiap saat ada dengan konflik yang itu-itu saja. Lalu adanya kebebasan pers ini
juga menjadikan orang yang memiliki modal lebih berkuasa terhadap medianya. Ia bebas
menentukan corong kepentingannya. Sering dijumpai tayangan serta berita yang
muncul kadang tidak memiliki sumber yang jelas, hanya opini yang berkembang.
Berkaca dari hal tersebut, sebaiknya Burma yang
mulai berbenah dalam persnya juga melihat perkembangan Negara lain, Indonesia
misalnya karena Indoensia dapat menjadi contoh dekat di dalam lingkup ASEAN. Disamping
adanya kemudahan untuk mengakses informasi juga perlu ditelusuri fakta dari isu
yang beredar. Selain itu untuk mengantisipasi minimnya sumber daya manusia yang
mampu memberitakan dengan akurat, Burma dapat mengaplikasikan citizen journalism yang kini sudah
ditarapan di Indonesia dan menjadi booming.
2 komentar:
You have an amazing website here! Good to be a part of it.
Roof Repair Virginia Beach
Dois-je violer le copyright si j'utilise article de nouvelles sur mon propre bulletin d'information?
Posting Komentar